16 Agustus 2009

Nabi Dzulkifli AS (ذوالكفل)

Dzulkifli (bahasa Arab: Dhū’l-Kifl ذو الكفل ) atau Zulkifli adalah salah satu nabi dalam ajaran Islam yang diutus kepada kaum Rom. Beliau diutus untuk mengajarkan tauhid kepada kaumnya yang menyembah berhala supaya menyembah Tuhan Yang Maha Esa, taat beribadah, dan membayar zakat. Beliau meninggal ketika berusia 95 tahun.

Beberapa umat muslim masih mempertanyakan statusnya sebagai nabi. Tetapi ada juga sejumlah umat muslim yang percaya bahwa ia adalah orang beriman dan penyabar yang disebutkan dalam Al-Qur’an namun bukan seorang nabi.

Riwayat Dzulkifli sedikit sekali disebutkan dalam Al-Qur’an. Menurut Mufassirin, nama aslinya ialah Basyar. Ia adalah putra Nabi Ayyub AS yang lolos dari reruntuhan rumah Nabi Ayyub yang menewaskan anak-anak semua Anak Nabi Ayyub. Dzulkifli adalah orang yang taat beribadah. Ia melakukan sembahyang seratus kali dalam sehari.

Allah SWT menamakan Dzulkifli karena ia selalu melaksanakan beberapa perbuatan baik yang dibebankan kepadanya. Didalam surat Al Anbiyaa’ ayat 85-86 dijelaskan “Ismail, Idris dan Dzulkifli, termasuk orang-orang yang sabar. Kami masukkan mereka dalam rahmat kami. Sesungguhnya mereka adalah termasuk orang-orang yang saleh“.

Suatu ketika, raja di negeri Rom saat itu, Nabi Ilyasa AS sudah semakin tua. Karena tak memiliki calon pengganti, raja mengadakan sayembara kepada kaum Rom, bahwa siapapun yang berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan tidak melakukan marah, ia akan diangkat menjadi raja.

Hal ini terdapat dalam riwayat Ibn Jarir : Apabila Al-Yasa A.S (Nabi Ilyasa AS). meningkat tua, dan ingin memberikan tugas untuk memimpin bangsa Israel kepada yang sesuai. Baginda mengumumkan: Hanya orang tersebut akan dipertimbangkan untuk menggantikan baginda dan yang berpuasa pada siang hari, mengingati Allah pada malam hari dan menahan diri daripada sifat marah. Salah seorang daripada mereka (Basyar) berdiri dan berkata: Aku akan patuh kepada syarat-syarat tersebut. Baginda mengulangi syarat-syarat itu semula sebanyak tiga kali dan lelaki yang sama berjanji dengan bersungguh-sungguh akan memenuhi syarat-syarat tersebut. Maka dia dilantik untuk membawa tugas tersebut.

Dari kutipan riwayat di atas, Basyar menyanggupi semua persyaratan yang diberikan raja kepadanya. Ia pun dinobatkan menjadi raja. Pada masa pemimpinannya, ia berjanji kepada rakyatnya untuk menjadi hakim adil dalam menyelesaikan perkara. Karena keadilan beliau, maka ia disebut sebagai Dzulkifli pada masa itu.

Allah SWT mengangkatnya sebagai nabi dan rasul. Setelah beberapa lama menjadi raja, beliau memenuhi segala janjinya, sehingga Allah memberinya ujian kepadanya dengan setan yang berkeinginan untuk menggoyahkan imannya.

Suatu ketika, setan menjelma sebagai musafir lelaki tua. Keinginannya adalah membuat marah Dzulkifli. Ia memaksa penjaga untuk dapat masuk istana dan menemui Dzulkifli pada larut malam. Lelaki tua itu diizinkan masuk oleh penjaga istana. Dalam pertemuan tersebut, setan mengadu kepada Dzulkifli tentang kekejaman orang lain terhadap dirinya. Namun Dzulkifli menyuruhnya untuk datang besok malam ketika kedua belah pihak sudah merasa siap untuk bertemu. Namun musafir tersebut mengingkarinya dan malah datang pagi hari.

Keesokan harinya, musafir tersebut datang dan mengadu seperti pada malam sebelumnya. Maka Dzulkifli menyuruhnya untuk datang pada malam hari saja. Lelaki itu berjanji dengan bersungguh-sungguh pada Dzulkifli untuk datang pada malam hari. Namun ia mengingkarinya.

Pada hari yang ketiga, musafir itu datang lagi. Pada kali ini, tidak ada tanggapan dari Dzulkifli. Maka setan itu tersebut menyelinap menembus pintu dan menunjukkan dirinya kepada Dzulkifli. Dzulkifli sangat terkejut melihat jelmaan setan tersebut. Lalu dia pun mengtahui bahwa musafir itu adalah setan yang mencoba membuatnya marah namun setan itu gagal. Karena keberhasilan Dzulkifli menahan amarah, maka oleh Allah ia diangkat sebagai seorang nabi.

Nabi Dzulkifli diutus oleh Allah kepada kaum Rom agar selalu mengingat satu Tuhan dan tidak menyembah berhala.

Suatu ketika terjadi pemberontakan di negerinya oleh orang-orang yang durhaka kepada Allah. Dzulkifli menyeru pada rakyatnya agar berperang, namun mereka semua takut mati sehingga tak seorang pun yang mau berperang. Mereka pun meminta Dzulkifli untuk berdoa kepada Allah SWT agar mereka semua tidak mati dan menang dalam

“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik” (Surat Shaad: 48)

Dalam kedua masalah tersebut, Dzulkifli yang disebut sebagai nabi dalam Al-Qur’an tersebut dapat juga merupakan orang lain yang tidak disebut dalam ayat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar